Blue Dragonfly - Chapter Seven



Chapter Seven – Hot Cappucino

kisah sebelumnya Chapter Six

Pukul sepuluh lebih, Aldo sudah kembali ke rumah Kirana. Kali ini dia membawa mobil karena banyak yang harus dibawa untuk mendukung pekerjaannya. Aldo membawa laptop dan perangkat lainnya, juga beberapa bundel dokumen.

Kirana menyambut Aldo di depan pintu masuk. Dia sudah merapikan diri. Sebuah kecupan ringan dihadiahkan Aldo pada dirinya.

“Kamu udah sarapan?” tanya Aldo.

“Udah. Roti dan selai kacang.”

“Udah minum suplemennya?”

“Udah kok.”

“Udah telepon kantormu?”

“Udah. Suratnya udah sampai.”

Sepuluh menit kemudian, Aldo sudah berkutat dengan pekerjaannya. Ia sibuk membalas email dari klien-klien perusahaan. Kadang dia berbincang dengan mereka lewat media Skype. Juga ada beberapa panggilan lewat ponsel.

Kirana tidak berani mengganggu Aldo. Ia tahu pekerjaan itu tidak mudah. Kirana memilih untuk mengerjakan yang lain. Kebetulan ia berada di rumah ketika hari kerja, jadi ia bisa mengerjakan hal yang tidak mungkin ia kerjakan sebelumnya. Kirana memasukkan baju-baju kotor ke dalam mesin cuci otomatis.

Sementara mesin cuci bekerja, Kirana beranjak menuju kulkas, melihat kedalamnya. Dia mulai berpikir, apa yang bisa ia siapkan untuk makan siang. Ada wortel, buncis, brokoli, kubis, sedikit daging sapi yang ia simpan di freezer, dan dua butir telur. Kirana mengambil semua bahan itu dan membawanya ke meja dapur.

Selama dua jam berikutnya, Kirana berkutat di dapur. Setelah semuanya siap, ia beralih ke mesin cuci. Ia menjemur baju-baju yang sudah setengah kering. Tak terasa jam dinding sudah menunjukkan pukul setengah satu siang.

Pekerjaan Kirana sudah selesai. Begitupun dengan Aldo, target pekerjaan untuk hari itu sudah ia tuntaskan. Sekarang ia bisa bersantai.

“Udah selesai, Al?”

“Untuk bagian hari ini, udah semua. Eh, kamu tadi masak ya?”

Kirana mengangguk. “Ya. Cuma bikin sayur sama lauk. Seadanya. Aku belum belanja lagi. Makan yuk.”

“Oke. Tapi sebentar lagi ya. Ada yang harus aku telepon sekarang.”

“Oke.”

Aldo bangkit dari kursi tamu dan beranjak menuju teras. Lalu Aldo menelepon seseorang. Dari ruang makan, pembicaraan Aldo hanya sayup-sayup terdengar. Mungkin Aldo sengaja merendahkan suaranya karena ini pembicaraan tentang bisnis, pikir Kirana.

“Kamu telepon siapa, Al?” tanya Kirana ketika Aldo sudah duduk di ruang makan bersamanya.

“Oh. Aku telepon kantor. Aku minta tolong office boy untuk mengantarkan sesuatu ke sini. Soalnya aku butuh hari ini juga. Aku males keluar. Panas, macet, dan capek nyetirnya. Kan enakan nunggu di sini. Aku bisa makan siang sama kamu.”

Kirana tersenyum mendengarnya. “Kamu kena sindrom ya?”

“Sindrom apa?”

“Sindrom gak ketemu pacar setahun lebih,” jawab Kirana, disusul tawa renyah dari keduanya.

“Ada-ada aja kamu, Ran.”

“Tapi memang benar kan?!”

“Ah, udahlah, terserah kamu mau menyebutnya dengan istilah apa. Yang penting sekarang kita makan. Hehehe…. Hmm…, ada sayur sop sama dadar telur. Sederhana, tapi cukup membangkitkan selera makan.”

“Halah, bahasanya aneh-aneh aja. Bilang aja kamu lapar.”

“Nah, tuh ngerti.”

“Nanti jangan protes ya kalau masakanku gak enak atau keasinan.”

“Ya enggak, dong. Paling juga nanti aku update di facebook kalau masakan seorang Kirana Utari keasinan.”

“Yee, apaan sih?!” balas Kirana sambil mencubit lengan Aldo.

Mereka menikmati makan siang pertama, setelah terpisah sekian lama. Nampak sudah tidak ada masalah lagi di antara mereka. Selesai makan siang, mereka bersantai di kamar Kirana sambil mendengarkan musik.

Tak berapa lama, ada seseorang yang datang. Rupanya orang itu adalah office boy suruhan Aldo. Aldo beranjak keluar menghampiri orang itu. Kirana mengintip dari balik jendela kamar. Tapi Kirana heran dengan apa yang dibawa oleh office tersebut. Sebelumnya Kirana berpikir bahwa Aldo minta diantarkan berkas-berkas dari kantor. Namun, yang dibawa oleh office boy itu justru sebuah bungkusan. Nampak seperti bungkusan makanan atau minuman.

Kirana melihat Aldo mengambil dompet dari saku belakang celananya dan memberikan beberapa lembar uang kepada office boy tersebut. Lalu office boy itu pergi.

Aldo masuk kembali ke kamar Kirana.

“Aku pikir kamu minta dibawain dokumen untuk kerjaanmu.”

“Aku gak bilang gitu kan. Aku cuma bilang minta dibawakan sesuatu. Dan ini dia, sesuatu yang sudah lama ingin aku nikmati bersamamu.”

Aldo membuka bungkusan itu. Ternyata isinya dua buah gelas minuman dari Starbucks. Aldo memberikan satu gelas kepada Kirana.

Isinya adalah hot cappucino, minunan favorit Kirana. Kirana tersenyum. Tak menyangka dirinya kembali mendapat kejutan dari kekasihnya. Baginya, ini satu lagi bukti kalau Aldo memang tidak pernah berniat melupakan dirinya.

artikel dapat juga dilihat di sini

0 comments:

Post a Comment