Asa Asha

“Yang terjadi, kau akan mencabuti kelopak bunga pucat itu satu persatu, sambil bergumam ‘datang’ dan ‘tidak’ bergantian.”

Frappe dan Roti Bawang

“Bintang nggak pernah jatuh. Bintang cuma bergerak, berpindah tempat."

Menunggu Kereta

“Senang rasanya bisa duduk lagi di peron ini, Pram, menunggu kereta yang akan membawaku ke Cirebon.”

Perjalanan ke Lain Hati

“Sayang banget,” Raisa mencibir. “Kalo aja kamu mau membuka hati untuk cewek lain, aku yakin, kamu bisa dapet yang lebih dari dia, Jim.”

Kamila, Kamila

“Call me evil. Tapi, nyatanya aku senang jika ada perempuan lain yang menderita karena tidak jadi mendapatkanmu.”

Menikmati Orgasme Pengetahuan




Mungkin sudah banyak yang membahas soal jenis orgasme yang satu ini. Beberapa di antara kalian juga mungkin sudah mengerti apa yang hendak saya bahas di sini. Yang jelas, ini murni opini saya. Semisal ada kesamaan dengan apa yang diungkapkan orang lain, itu kebetulan semata.

Lagi-lagi soal orgasme, ya? Tenang, ini bukan sesuatu yang buruk. Malah mungkin bagi sebagian orang, ini adalah kewajaran yang menyenangkan.

Menurut KBBI, orgasme memang istilah yang dipakai dalam bidang kesehatan, khususnya berkaitan dengan seksualitas. Orgasme adalah puncak kenikmatan seksual, khususnya dialami pada akhir sanggama. Nah, bagaimana dengan orgasme pengetahuan?

Akhir-akhir ini, ramai dibahas soal bumi menuju dimensi kelima. Topik ini cukup lumrah dalam komunitas-komunitas berbasis spiritual. Apa, sih, dimensi kelima itu? Ini adalah tingkatan saat seluruh penghuni bumi berada pada kesadaran penuh atas eksistensi mereka di alam raya. Fase ini ditandai dengan makin tersebar dan diterimanya pengetahuan-pengetahuan yang sebelumnya tersembunyi, entah sengaja disembunyikan atau memang baru ditemukan.

Pengetahuan-pengetahuan ini umumnya memang agak sulit diterima awam. Bisa jadi karena keterbatasan cara pandang, atau sesederhana tidak ingin menerima sesuatu yang baru, apalagi yang mengandung kontroversi.

Saya sendiri sejak lama paham bahwa jika seseorang dapat melihat makhluk halus (baca: hantu), berarti ia dan makhluk tersebut memang berada dalam satu frekuensi. Akan tetapi, banyak awam menilai bahwa kemampuan tersebut adalah anugerah Gusti. Ehm, bisa jadi iya. Toh saya tidak ingin mereduksi kuasa Gusti. Akan tetapi, saya lebih meyakini teori pertama. Bahwa, siapa pun bisa berada dalam frekuensi yang sama dengan makhluk dari dunia lain asalkan kondisinya memenuhi syarat.

Hal lain, soal burung gagak yang identik dengan kematian. Ini masih berkaitan dengan frekuensi. Burung gagak bisa menangkap frekuensi makhluk lain yang akan habis masa hidupnya. Akan tercium oleh insting burung gagak bahwa organ-organ tubuh si calon mati akan segera berhenti bekerja. Biasanya tidak dalam hitungan waktu yang lama. Dari situlah mitos soal burung gagak terbentuk.

Sebenarnya masih banyak contoh lainnya. Misal tentang kekuatan doa yang erat kaitannya dengan energi dari Semesta. Bahwa, doa-doa yang disertai pembukaan diri terhadap alam raya biasanya akan cepat terwujud. Belum lagi soal konsep surga dan neraka yang oleh sebagian orang dianggap hanya karangan agar manusia takut berbuat kejahatan. Bahwa, tanpa adanya surga dan neraka, jika seseorang ingin berbuat jahat tentu tidak ada yang menghalangi. Sebab, perbuatan itu biasanya datang dari keinginan memenuhi kebutuhan diri.

Pengetahuan-pengetahuan semacam ini dibahas oleh sekelompok orang melalui berbagai macam diskusi, baik daring maupun luring. Peminatnya dari berbagai macam kalangan. Mereka umumnya tidak pernah membatasi identitas peserta diskusi. Tidak peduli apa agamamu, latar belakang pendidikanmu, ras, suku, jenis kelamin dan orientasi seksual, siapa pun boleh bergabung. Syaratnya hanya satu, berani membuka diri terhadap berbagai macam kemungkinan yang akan hadir.

Bagi sebagian kecil orang, diskusi-diskusi seperti ini tak ubahnya aktivitas sanggama. Kau membuka bajumu (membuka pikiran), kau menerima orang lain memasuki tubuhmu (menerima pengetahuan baru), kau bergerak bersamanya (berdiskusi, membahas pengetahuan tersebut), lalu kau orgasme (merasakan puncak kenikmatan menyerap pengetahuan baru).

“Elu sendiri udah pernah ngerasain orgasme pengetahuan, Moy?”

Hahaha … Pake nanya.

Bagi saya sendiri, pengetahuan tidak melulu sesuatu yang berbau sains atau hal-hal rumit. Segala sesuatu yang belum kita ketahui adalah pengetahuan, termasuk itu tentang seni, kuliner, atau hal lain yang bisa kita jumpai di keseharian kita. Saya kerap berbagi pengetahuan soal musik dan film dengan beberapa sahabat. Dan, ketika membahasnya, ada kepuasan tersendiri yang sukar dijelaskan. Apalagi, jika ternyata kami sama-sama menyukai objek tersebut, makin gembira rasanya.

Layaknya orgasme seksual, orgasme pengetahuan bisa dicapai sendiri. Asalkan tadi, kita membuka pintu masuk pengetahuan selebar-lebarnya. Kita bisa bergerak sendiri, mencari sumber-sumber lain untuk menguatkan atau bahkan menambah pengetahuan tersebut. Lalu, merasakan kepuasannya. Akan tetapi, yah, tentunya akan lebih menyenangkan jika aktivitas ini dilakukan bersama partner diskusi (kesayangan). Orgasme yang kalian dapat akan berlipat-lipat nikmatnya.

Jadi, siapkah kalian merasakan nikmatnya orgasme pengetahuan?

---

SEKAR MAYANG
Editor Jentera Pustaka
Pekerja Teks Komersial

Note : For commission work, please contact 0821-4590-7646.