Asa Asha

“Yang terjadi, kau akan mencabuti kelopak bunga pucat itu satu persatu, sambil bergumam ‘datang’ dan ‘tidak’ bergantian.”

Puisiku, Puisimu

Puisiku, puisimu. Puisi merah muda, puisi biru langit. Puisi arum manis, puisi kopi pahit. Puisi melati, puisi kesturi. Ah, di mana kita akan menuliskannya, Sayang? Di kertas, dengan pena bulu angsa dan tinta bercampur prada Bali? Di daun lontar, supaya membumi dan terkesan ‘selamanya’? Di atas kanvas, dengan kuas terlembut sejagad? Kayu apa yang cocok untuk membingkainya? Cendanakah, yang aromanya semerbak? Jatikah,...

Selalu Maura

previous Kejutan harus ‘mengejutkan’. Iya, kan?! Dan, memang iya. Itulah yang terjadi hari ini. Runutan peristiwa sejak Jumat sore sampai detik ini – Sabtu siang – adalah kejutan yang direncanakan. Maksudnya, Maura yang merencanakan. Mulai dari memilih tempat tujuan bersantai sampai hal sepele soal membeli cemilan apa yang enak disantap di tengah hawa dingin Ulun Danu Beratan. Well organized. And I like it. Ya, di sinilah kami – aku...

Menangkup Rona Merah Mudamu

previous Angin beraroma garam mengganggu penciumanku sedari tadi. Sentuhan lembut dari bibir Maura masih saja aku rasakan selama beberapa jenak. Manis. Ya, bibir kami masih saling menempel. Tidak, bukan dengan cara yang liar. Segalanya – yang menyangkut Maura – adalah murni kelembutan yang absolut. Aku hampir selalu jatuh cinta padanya setiap saat. Itu… bukan hal yang wajar, tapi menyenangkan, dan juga menenangkan. Perlahan, kami saling...