Asa Asha

“Yang terjadi, kau akan mencabuti kelopak bunga pucat itu satu persatu, sambil bergumam ‘datang’ dan ‘tidak’ bergantian.”

Peran First Reader Bagi Penulis

Beberapa hari terakhir, saya lagi kumat jahilnya. Paling enggak, udah dua kali saya aplot screenshot dari naskah-naskah yang typo. Kesalahan mereka nggak cuma kesalahan biasa kayak seputar salah ngetik kata atau salah membedakan ‘di’ sebagai kata depan dan ‘di’ sebagai awalan. Kesalahan mereka cukup fatal dan bikin jempol saya gatel buat aplot di sosmed. (penasaran ya typo-nya apaan? hihihi… liat aja di akun sosmed saya) Komentar yang nongol...

Mantel Hujan Angel

Aku suka hujan, tapi tidak suka menjadi basah karenanya. Aku suka hujan, ketika aku memang sedang tidak melakukan apa-apa dan hanya menontonnya dari jendela kamarku. Aku suka hujan karena suaranya menenangkan. Tidak ada musik lain yang bisa menyamai alunan merdu dari rintik hujan, tidak juga musik klasik yang sering diputar ayahku ketika ia membaca di perpustakaan. Aku suka hujan karena percikan airnya menyejukkan wajahku. Tapi, hari ini...

Pentingnya Self-editing

Moy, boleh nanya? Eh, lagi wawancara nih? *benerin jilbab* Boleh, boleh. Mo nanya apaan? Nomer sepatu lu berapa? Hah? Eh, salah catetan. Bentar. *kebat-kebet notes* Nah, ini dia. Elu kan sering banget tuh ngomel-ngomel di wall –– Lha, ngomel-ngomel di wall? Iya, ngomel-ngomel di wall. Elu bilang, kebanyakan penulis pemula males banget melakukan self-editing. Oh, itu. Jadi, gini. Nggak terhitung banyaknya penulis senior dan editor yang membuat artikel soal pentingnya self-editing. Tapiiiiii…, kok ya masih banyak yang dengan...