From : Tiara Putri Hermawan
(tiara_putri@yahoo.com)
To : Ardiansyah Putra Hermawan
(blueflames@yahoo.com)
Halo, Kak. Apa kabarmu hari ini? Tiara harap semuanya
baik-baik aja. Oya, gimana salonnya, Kak? Rame nggak? Uh, Tiara belum sempat
main lagi ke sana. Masih ada beberapa tugas kuliah yang harus selesai akhir
bulan ini. Kakak jangan ngambek, ya. Ntar pasti Tiara main lagi ke salon.
Sekalian kalo boleh, Tiara pengen creambath.
Gratis, kan?! Hehehe….
Hmm, masalah Mama…. Tiara udah sampein surat dari
Kakak ke Mama. Awalnya Tiara ragu-ragu. Plus, Tiara takut, gimana kalo Mama nolak
surat dari Kakak, gimana kalo Mama udah bener-bener ingin putus hubungan dengan
Kakak. Asli, Kak, Tiara khawatir Mama bakal bertindak ekstrim. Tapi, setelah
Tiara pikir lagi, kalo surat ini nggak sampe ke tangan Mama, masalah ini nggak
akan pernah selesai. Tiara ingat, Kakak bersembunyi bukan untuk bener-bener
menghilang. Tapi, untuk mempersiapkan perasaan Mama, agar Mama bisa berpikir
jernih untuk menerima semua perubahan yang terjadi.
Mama menangis, Kak. Dua hari Mama nggak mau keluar
dari kamar tidur. Papa sampe khawatir kesehatan Mama ngedrop. Soalnya Mama
hanya makan sedikit sekali. Itu juga harus dipaksa-paksa sama Papa. Papa nggak
ngebolehin Tiara ketemu Mama dulu. Padahal Tiara pengen banget meluk Mama waktu
itu. Tiara pengen nenangin hati Mama. Pengen bilang kalo sebenarnya Kakak baik-baik
aja. Pengen bilang kalo Kakak sekarang hidup bahagia. Tapi, yang terjadi, Tiara
cuma bisa diam di kamar, menunggu Mama kembali tenang.
Dua hari setelah Mama mengurung diri di kamar, Mama balik
beraktivitas seperti biasa. Wah, sumpah, deh. Tiara kaget setengah mati. Dua
hari yang lalu Mama begitu mengkhawatirkan, begitu rapuh. Tapi, setelahnya,
Mama keliatan lain banget. Seolah-olah Tiara nggak pernah ngasi surat itu ke
Mama. Well, kecuali lingkaran hitam
di bawah mata Mama yang ukurannya agak berbeda dibanding dua hari sebelumnya –
dan juga kelopak mata Mama bengkak . Overall,
she looks amazing. Dan, Mama lalu memberikan sepucuk surat ke Tiara. Mama
bilang itu surat untuk Kakak dan Tiara harus mengirim surat itu secepatnya.
Uh, belum juga abis kekaguman Tiara ke Mama, sekarang
Tiara malah jadi cemas lagi. Apa kira-kira isi surat balasan Mama buat Kakak?
Apa Mama udah bisa nerima perubahan Kakak? Apa Mama malah jadi benci sama
Kakak? Atau, Mama nggak mau lagi ketemu Kakak? I’m so curious, Kak. Penasaran, pake banget. Tapi, nggak ada maksud
untuk berlebay ria akibat terlalu penasaran hehehe…
Dan, sekarang Kakak harus cerita ke Tiara, apa isi
surat dari Mama. Tolong ceritain secara detil ya. Biar Tiara nggak penasaran
lagi.
Btw, segini dulu aja ya. Tiara mau ngerjain tugas
lagi.
See you soon,
Kak :)
***
From : Arini Larasati (larasati85@yahoo.com)
To : Tiara Putri Hermawan
(tiara_putri@yahoo.com)
Dear, Tiara.
Kakak baik-baik aja di sini. Kamu sendiri gimana?
Kuliahmu lancar? Yang rajin ya, biar cepet lulusnya. Ntar kalo kamu udah lulus,
Kakak traktir treatment di salon
Kakak. Gratis, mulai dari ujung rambut sampe ujung kaki. Gimana? Ngiler kan?!
Hehehe….
Untung kamu kirim e-mail
tepat waktu. Soalnya Kakak udah lama punya rencana ganti alamat e-mail. Ini alamat e-mail Kakak yang baru. Kamu save
di contact list ya.
Tentang surat dari Mama, uh, panjang banget. Ntar deh
kalo kamu main ke salon, Kakak tunjukin suratnya. Kakak sendiri sampe capek
bacanya hehehe…. Becanda kok. Hmm…, yang jelas Kakak bersyukur sekarang. Satu rintangan
udah berhasil kita lalui, Dik. Kita udah menangin hati Mama. Ini lebih cepat
dari perkiraan Kakak sebelumnya. Kakak pikir, masih berbulan-bulan lagi bakal
nerima surat balasan dari Mama.
Mama bilang, Mama pengen ketemu sama kakak. She just sounds so desperate with that. Tapi…,
Kakak masih ragu-ragu. Bisa saja, kan, Mama bilang “menerima” dalam suratnya,
tapi begitu ketemu, muncul lagi penolakan itu dalam diri Mama. Dan, itu yang
paling Kakak takutin. Yah, oke, kamu bener, kakak juga takut Mama bertindak
ekstrim. Kita nggak boleh meremehkan reaksi Mama. Mama pernah berbuat seperti
itu dulu, dan masih ada kemungkinan Mama bisa melakukannya lagi sekarang.
Ya, Tuhan. Rasanya Kakak pengen lari kenceng ke
rumah, meluk Mama, cium tangan Mama, bersimpuh di lutut Mama. Kakak kangan
Mama, Ra. And I tell you something. There
are two teardrops falling on my keyboard right now. Duh, Kakak kok jadi
gampang nangis ya sekarang?!
Ada hal yang paling bikin Kakak terharu waktu baca
surat dari Mama. Di bagian terakhir, Mama manggil Kakak dengan nama Arini. Tapi,
sebenarnya ini bukan cuma soal nama. Nama Arini itu asal aja Kakak karang. Bisa
aja Kakak pakai nama Dewi, Jessica, Tina, or
even Julia Robert. But the whole
point is, I need that confession from her. Pengakuan, bahwa Kakak ini
berbeda dari yang Mama harapkan sebelumnya. Kakak nggak sakit. Kakak cuma
merasa mungkin Tuhan udah memasukkan roh Kakak ke tempat yang salah. Oke,
lupakan soal salah alamat itu. Kakak cuma pengen tetap menjadi bagian dari
kalian. Karena dalam hubungan sebuah keluarga, nggak ada kata “mantan”. Belum
pernah dengar, kan, sebutan “mantan ibu kandung”, “mantan ayah kandung”, atau
“mantan adik/kakak kandung”?! Karena memang sebutan-sebutan itu tidak pernah
ada di kehidupan nyata.
Tiara, my lil’ sister…. Jangan pernah menyerah dengan
Kakakmu ini. Kakak nggak ngarepin sesuatu yang berlebihan dari kamu. Kakak cuma
minta, jangan putusin rasa sayangmu sama Kakak. Jangan tinggalin Kakak di
tengah jalan. Jalanan yang harus Kakak lewati ternyata masih berkerikil tajam.
Kakak butuh kamu.
Dan, sampai waktunya tiba nanti, tolong jangan beritahu
tempat tinggal Kakak ke Mama, ya. Kakak tau, beberapa hari lalu Mama pernah
mendatangi alamat yang tertera pada surat yang Kakak kirimkan. Untungnya temen
Kakak itu pintar ngeles, sehingga Mama yakin nggak ada yang namanya Arini di
rumah itu. Tapi, sebenarnya Kakak sadar, cepat atau lambat, Mama pasti menyadari
kebohongan itu. Cuma… Kakak sih ngarepin hal itu nggak terjadi dalam waktu
dekat.
Wah, nggak kerasa sekarang udah lewat tengah malam.
Besok Kakak ada janji dengan customer
jam sembilan pagi. Jadi harus cepet tidur nih. Kapan-kapan kita sambung lagi
deh. Oya, kalo kamu jadi main ke salon, telepon Kakak dulu ya. Siapa tau,
ternyata Kakak lagi keluar kota.
See you next
time, my lil’ sister :)
0 comments:
Post a Comment