Asa Asha

“Yang terjadi, kau akan mencabuti kelopak bunga pucat itu satu persatu, sambil bergumam ‘datang’ dan ‘tidak’ bergantian.”

Wanita Terkebiri

Ratmi, yang baru setahun lalu menghuni Desa Lemahwungkuk, tidak pernah terdengar mengeluh. Itu bukan kebiasaannya. Tapi, suatu waktu, di kamar mandi, ia menangis bak anjing yang melolong karena kehilangan anaknya. Tidak ada yang mendengar lolongan menyayat hati itu, kecuali seorang tukang kebun yang bekerja di rumah sebelah rumah Ratmi. Semenit, dua menit, lima menit, si tukang kebun berusaha abai pada suara tangis Ratmi. Lalu, menit kesekian...