I Am Bennington

I Am Bennington

“Mr. Bennington…. Mr. Bennington…. Apa kau mendengarku?”

Aku mendengar suara-suara yang entah dari mana datangnya. Aku melihat jari-jari itu terbang pelan di depan mataku. Mereka bergerak ke kanan, lalu ke kiri, beberapa kali, kemudian menghilang, berganti dengan pendulum emas. Gerakan konstan itu kembali membuatku mengantuk. Aku sangat mengantuk dalam kondisi mata terbuka lebar.

“Mr. Bennington,” suara itu lagi, “ceritakan masalahmu hari ini.”

Masalahku? Itu banyak. Yang mana yang mau kau dengar lebih dulu? Atau, mungkin kau ingin mendengar yang paling menguntungkan dirimu, hei oportunis?! Kurasa aku tahu inginmu. Kau ingin tahu mengapa aku meninggalkan orang-orang itu, kan? Lalu, kau akan menggunakan nama seseorang untuk menyebarluaskan ke publik – majalah gosip di negeri ini dan di seantero jagad senang sekali dengan informasi yang kau jual itu. Setelah beberapa saat, kau akan muncul dengan dirimu yang asli dan menyatakan aku sudah sembuh, mengatasnamakan usahamu sebagai tindakan heroik. Well, aku tidak akan sembuh jika terus bersamamu.

“Seorang yang berjaga di dekat kamarmu mengatakan padaku, kau berusaha menyayat nadimu, Mr. Bennington. Benarkah?”

Memangnya kenapa jika itu benar? Apa kau akan kehilangan sebagian keuntunganmu? Aku tahu, kau mengeruk banyak uangku, mengatasnamakan itu sebagai biaya pengganti remeh temeh yang kau sampaikan pada manajerku. Jika aku tahu dari sebelumnya, kalau uang yang kukumpulkan berakhir di kantungmu, aku tidak akan menjual karyaku. Orang-orang menyukai karyaku, mendengarkan apa yang kurangkai dengan enam helai senar tembaga. Orang-orang membayar untuk mendengarkan maha karyaku. Lalu, kau? Apa yang kau lakukan denganku?

“Aku tahu, Mr. Bennington, kau masih trauma dengan perceraianmu, walau itu sudah lima tahun yang lalu.”

Lima tahun? Kupikir itu baru terjadi beberapa hari yang lalu. Separah itukah aku, lima tahun aku hanya berkubang denganmu? Dua kali dalam seminggu kau selalu mendudukkan aku di sini, di kursi aneh ini. Kau mengikat tangan-tanganku, kaki-kakiku, dan merekatkan macam-macam bulatan plastik itu di dadaku. Aku jadi seperti zombie sekarat.

“Apa kau masih ingat wajah pada foto ini, Mr. Bennington?”

Potongan-potongan itu melintas bebas di benakku. Mata biru, rambut coklat panjang, seutas senyum di bibir tipis, dan pipi ranum merona. Di masa itu, aku kehilangan kegaranganku. Aku yang terbiasa dengan alunan menghentak, tiba-tiba mendapati diri menyanyikan Love of My Life milik Queen di hadapan wajah itu.

1365841866284527548

“Aku akan menceritakan satu fakta baru, Mr Bennington. Miss Emily Statom kini sudah berganti nama menjadi Mrs. Emily Shinoda. Baru tiga hari yang lalu. Kupikir kau berhak tahu, Mr Bennington.”

Berhak tahu? Tiga hari yang lalu? Hahahaha…. Kau ketinggalan informasi, hei oportunis! Aku sudah mengetahui sejak lima tahun yang lalu bahwa hal itu akan terjadi. Kau pikir aku tidak tahu? Yeah, oke. Emily yang menggugat, lalu hakim mengabulkannya. Emily bilang, aku terlalu sering menyiksanya. Yang terjadi malah sebaliknya. Emily selalu menyiksaku dengan tawa itu. Senyum dari bibirnya bukan untukku. Tatapan matanya bukan sedang menggodaku. Mungkin kau ingin tahu, mengapa aku hanya diam saja? Karena, semakin aku ingin mengurung senyum dan tatapan mata itu – berharap dua hal itu hanya tersedia untukku – semakin aku kehilangan. Banyak kehilangan. Kupikir, baiknya aku saja yang menghilang.

“Publik menginginkan kau kembali, Mr. Bennington. Dan, menurutku, kau tidak benar-benar sakit. Kau hanya sedang berpura-pura tidak dapat menghilangkan rasa kesakitan itu, ketika Emily meninggalkanmu.”

Oke. Aku bosan dengan celotehmu, hei oportunis! Bisakah kita lewati bagian ini dan langsung ke segmen di mana aku berontak, melepas semua sabuk-sabuk ini dengan brutal, mengambil sebuah penindih kertas, lalu dengan sekali ayun, benda dari granit itu mendarat di kepalamu? I dare it so much!

***

Event ini diselenggarakan oleh Fiksiana Community. Silakan menuju link ini untuk melihat karya peserta lainnya.

Sumber gambar, klik image.

0 comments:

Post a Comment